THE IMPORTANCE OF NAPS

January 13, 2018

Desclaimer : I'm no pediatrician, nor a baby whisperer-expertise, I simply want to share and proactive about the way raising children isn't as easy as clicking "print". It takes time, consistency, high-self-esteem, and I support supportive mom in the best way of loving and caring their loved ones.


Sebenernya sudah lama saya ingin sekali berbagi pengalaman mengenai Naps nya Neymar. Kebetulan sudah banyak yang request artikel ini, gimana caranya saya bisa buat Neymar tidur di siang hari dan tetap di kamarnya sendiri, di usia nya yang masih sangat kecil.
Tapi fokusnya nggak "Kok bisa bobo di kamar nya yah?" karena bayi saya ini bayi lulusan sleep training, jadi tidur di kasurnya & kamar nya sudah pasti, dan wajar bagi saya dan suami. Tertarik untuk baca artikel tentang sleep training? klik disini.


Sebelum menulis artikel proses saya mendidik tidur siang yang tertata, terjadwal, dan ter ter lainnya, saya ingin sekali memperkenalkan the importance of naps bagi bayi atau balita.
Mengapa menurut saya aktifitas belajar sangat penting sekali sejak usia dini, dan apa kaitannya dengan tidur siang anak.

Tenang, semuanya berdasarkan penelitian sederhana dari berbagai buku maupun hasil study di banyak inistitusi anak. Jadi nggak semua-semua berdasarkan opini saya(in case if this bother you)
Tulisan saya ini juga dimaksudkan sebagai catatan penting untuk saya pribadi, dalam rangka perencanaan hamil-dalam-waktu-dekat, sehingga saya nggak lupa betapa pentingnya tidur siang bagi bayi atau balita. Bisa dibilang, menemukan ilmu mengenai tidur siang menekan porsi ego saya untuk nggak ngemall terlalu sering, bahkan sering telat dalam beberapa acara hanya demi menjaga kualitas tidur siang, Neymar yang maksimal. Mudah-mudahan para ibu dan ayah yang membaca artikel ini paham pada akhirnya, mengapa tidur siang wajib terjadi, regardless developmental age tertentu.

***

Sama hal nya dengan tidur ketika malam, Saya menemukan betapa naps sebenarnya sangat penting bagi pertumbuhan anak. Terutama usia 0-24 bulan, dimana tidur disini bukan istirahat seperti hal nya yang terjadi pada kita orang dewasa, tidur bagi anak adalah aktifitas krusial yang berkaitan erat dengan cognitive(kecerdasaan otak anak), Imune system, digestions system, emotional & behavior, sampai maturing vital organs! Jadi gimana, udah kebayang belum kalau anak tidur nya kurang?

Nah untuk meyakinkan para orang tua disini, saya akan beberkan dulu beberapa hasil research saya dari berbagai buku dan penelitian yang cocok untuk topik naps kali ini.

1. A Napping Child is a Learning Child
(Study published in Proceedings of the National Academu of Science)

Anak yang tidur siang adalah anak yang belajar! The amount of cognitive development for infant/toddler on early life, is highly incredible. Berdasarkan hasil research PNAS dan tidak lupa menyebutkan puluhan hasil research lainnya, tidur siang adalah aktifitas storing a memory! Hasil penelitian ini menyebutkan bayi/balita menunjukan tingkat belajar dan daya ingat yang lebih tinggi ketika selesai belajar mereka tidur siang 2-3 jam tepat setelah informasi di berikan.

Hasil penelitian ini lah awal mula mengapa aktifitas dan daily routine Neymar adalah segala-galanya bagi saya dan suami. We simply do not want to lose any chances, or regret it later in life. So we serve her the best possible activity to later of her life.
Jadilah mengapa rutinitas kami sehari-hari termasuk di dalam nya belajar adalah yang tidak bisa saya lewatkan, alias nggak tega. Dan kapan lagi? Sayang banget. Tidur siang panjang nya (2-3 jam) cuma 1 kali setiap pagi, jam 10 pagi sampai jam 1 siang. Maka pagi adalah saat terbaik untuk menyediakan subject terbaik.

"Do not expect a child to study, they won't! But keep the study as a routine, and let them naps for hour or two, their brain becomes super power!" -Glenn Doman (Yes Your Baby is a Genius)


2. A Napping Child is a Growing Child
(Pooled 26 studies analised the finding, Journal Archives in Disease and Childhood)

Bukan cuma otak mereka yang akan berkembang dengan membudayakan tidur siang yang cukup, badan mereka pun akan tumbuh dengan sebaik-baiknya. Saya ingat usia 9 bulan Neymar terakhir kalinya ngalamin Growth Spurt yang hebat. Harus bangun tengah malam, harus saya susuin, bahkan saya harus steam alpukat jam 3 subuh atau bikin bubur bayam. Luar biasa lelah! Terjadi selama kurang lebih 2 minggu. 2 minggu yang super panjang, super melelahkan. Belum lagi karena anaknya tidur di kamarnya sendiri, jadi setiap bocah teriak, saya langsung jumpalitan dengan mata sambil merem ke kamarnya. Hahahaa, too unforgettable to be forgotten.
2 Minggu berlalu saya ukur panjang badan anak ini nambah sekitar 7 cm! Wtf! Regardless, Neymar punya 2 orang tua yang tinggi, terutama bapaknya yang sampai 185cm, Neymar terlalu tinggi dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Sering males keluar rumah, ketimbang main ke taman yang dipenuhi ibu-ibu beranak seumuran, karena suka jawab pelan kalau ditanya umur. Si Ibu nya langsung natap nyinyir dan be like...
"Masa sih 14 bulan? Tinggi banget yah. Anak saya aja udah 2 tahun nggak sama tinggi badannya sama anak teteh."

Keeeey.

Jadi tanya lagi, misalnya anak anda punya keturunan berbadan tinggi, tapi anaknya kok nggak tinggi. Coba perhatikan pola tidurnya.
(Neymar, 15 bulan 96 cm)

3. Well Rested Babies are Well-Behaved Babies

Jangan ditanya lagi soal ini, selain merasa puas dengan kondisi fisiknya, outcome yang diberikan adalah; mengurangi crankiness. In which in my opinion, this is a holy grail to every beloved parents!
Jadi siapa yang mau anaknya tantrum di depan public? Atau cranky tanpa sebab padahal udah dipenuhin segala kebutuhannya, mulai dari makan, main, diaper bersih, pakaian bersih, dan mainan banyak. Tapi masih juga cranky dan fussy? Coba perhatikan tidurnya. Sesuai Developmental Age nya ataukah masih kurang?

Research backs up the case for this fatigue-induced crankiness. One study conducted at the University of Colorado, Boulder examined toddlers as they were completing puzzles. When they missed their regular 90-minute nap, the kiddos showed a 31 percent increase in negative emotional responses when they weren’t able to complete an especially difficult puzzle. They also showed a 34 percent decrease in positive emotional responses after completing an easier one.
In other words, without a nap, their negative emotions were heightened, while their positive ones were dulled.
4. A Daytime-Sleeper Usually a Good Nighttime-Sleeper
Well, kenyataannya. Orang dulu atau orang tua kita sering menganggap tidur siang itu bukan prioritas utama untuk meningkatkan well-being nya bayi/balita. Mertua saya atau orang tua saya sering sekali menangin opini nya Neymar untuk nggak tidur siang aja. Skip. Waktu anaknya saya cue untuk tidur siang, bocahnya malah lari sambil cekikikan :') Nenek kakek nya malah jadi supporter. Kesel.
Lebaran anak nya kalo udah ada Eyang sama Uti, atau Atok sama Jidah. Jadi raja udah pasti. Di puja-puja -__-
Tapi saya hampir yang paling susah mentoleransi tidur siang nya Neymar.
Stop right there!
Toleransi saya nggak sama sekali bisa nyenggol-nyenggol masalah tidurnya Neymar. Ujung-ujungnya  gue-gue lagi yang di kena-kenain. Elu-elu cuma bakal nyalah-nyalahin. Kalo cucunya bego/ bandel yang salah siapa? Bukan neneknya, bukan kakek nya, apalagi pembantunya. Tapi gue! Emak nya.
Nggak di dunia, nggak di akhirat. Emak nya yang salah, ibu-ibu!
Jadi saya tangkep anak nya. Saya tolak rayuan racun nenek kakek nya.
Paling males dan nggak make sense menurut saya ketika mertua saya atau orang tua saya sering sekali bilang begini :
"Nggak apa-apa nggak usah tidur siang aja. Biar malem tidur nya pules."
Ini salah banget.
According to the St. Louis Children’s Hospital, skipping naps usually leads to a child that is overtired by bedtime. And while you’d think an overtired kid will fall asleep quickly and easily, the opposite is often true: They start acting stressed, irritable, and wired, making bedtime more of a battle.
Nah maaf-maaf yah, Eyang, Uti, Atok dan Jidah, kalo entar malem tidur anda-anda sekalian bakalan keganggu sama teriakan tanpa sebab si bocah saking kecapeannya. Again, I refuse to loose any chances.
Kesimpulan :
Maaf yah saya harus bilang ini sesuai dengan teori matematika nya ax+bx+c= 0. Bahwa :
Anak yang kurang tidur siangnya, udah bego, cebol, tantrum parah, ganggu tidur malem lagi.
Hahahahahahhaha (I literally laughed so hard!)
Oke. Kira-kira begini.
Sekali lagi fair!

***

Saya buat sesimple mungkin(iya saya paham ini nggak sesimple itu, dan bakalan banyak ibu-ibu yang nggak ngerti beberapa artikel yang nggak saya translate, dan ibu-ibu bakalan males buat transletin). Not my problem tho, memang artikel ini dikhususkan untuk ibu-ibu pelajar yang nggak mesti highly educated asalakan mau belajar dan menerima ilmu pengetahuan dengan pikiran yang lebih terbuka, saya rasa ini bisa jadi bahan pertimbangan mengapa mendidik tidur siang tertata, terjadwal, dan teratur sejak dini bukan lagi pilihan. Tapi keharusan yah :)

Menjelang kelahiran putri kami, saya dan suami rela menghabiskan uang lumayan banyak untuk memenuhi diri dengan ilmu pengetahuan. Mulai dari parenting books, whats to know about babies body, how things works when the unexpected is expected, Sesederhana mendidik rutinitas sehari-hari yang kami sendiri sebelumnya, bukanlah manusia yang komit dengan konsistensi tinggi dengan jadwal apapun! Most of the time, honestly we failed being organized or persistence towards routine, namun ketika anak kami lahir, dan tanggung jawab ini akan kami pikul seumur hidup, saya dan suami saya menganggap ini bukan lagi pilihan, tapi tanggung jawab nyata, dan  kami harus berubah kearah yang lebih baik. Mendidik dengan cara yang terbaik.
Punya opini mengapa tidur siang bagi balita itu penting? Silahkan tinggalkan di kolom komen :)

Artikel tentang nap training Neymar masih hutang yah. will be up soon! 

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook

Contact Form

Name

Email *

Message *

Instagram

Follow Us